Rabu, 18 Januari 2012

Fokus pada kelebihan diri


"Anak-anak, coba tuliskan tiga kelebihanmu, " kata seorang guru bantu yang hari
itu menjadi pembimbing bagi anak-anak sekolah dasar.

Menit demi menit berlalu namun anak-anak itu seakan masih bingung.

Dengan setengah berakting, sang guru kemudian bersuara keras : "Ayo,
tuliskan! Kalau ngga, kertasmu saya sobek lo." Anak-anak manis itu seketika
menjadi salah tingkah.

Beberapa di antara mereka, memang tampak mulai menulis. Salah satu di antara
mereka menulis di atas kertas, "Kadang-kadang nurutin kata ibu.
Kadang-kadang bantu ibu. Kadang-kadang nyuapin adik makan."

Penuh rasa penasaran, sang guru bertanya kepadanya : "Kenapa tulisnya
kadang-kadang? ". Dengan wajah penuh keluguan, sang bocah hanya berkata :
"Emang cuma kadang-kadang, bu guru."

Ketika semua anak telah menuliskan kelebihan dirinya, sang guru kemudian
melanjutkan instruksi berikutnya : "Sekarang anak-anak, coba tuliskan tiga
kelemahanmu atau hal-hal yang buruk dalam dirimu." Seketika ruangan kelas
menjadi gaduh. Anak-anak tampak bersemangat. Salah satu dari mereka angkat
tangan dan bertanya : "Tiga saja, bu ?". "Ya, tiga saja!" jawab ibu guru.
Anak tadi
langsung menyambung : "Bu Guru, jangankan tiga, sepuluh juga bisa!".

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita sederhana itu? Saya menangkap
setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari. Salah satunya,
kita sering tidak menyadari apa kelebihan diri kita karena lingkungan dan
orang di sekitar kita jauh lebih sering mengkomunikasikan kepada kita
kejelekan dan kekurangan kita.

Baru-baru ini, saya dan istri saya menyaksikan di sebuah televisi swasta
pertunjukkan seni dari para penyandang cacat. Kami benar-benar terharu. Ada
orang buta yang begitu piawai bermain piano atau kecapi. Pria tanpa lengan
dan wanita muda yang tuli dapat menari dengan begitu indahnya. "Luar biasa,
dia bisa menari dengan penuh penghayatan. Yang membuat saya heran, dia kan
tuli tapi kok bisa mengikuti irama lagu dengan sangat tepat?", kata istri saya
terkagum-kagum.

Seorang pria buta yang bernyanyi dengan nada merdu sempat berkata,
"Saudaraku, saya memiliki dua mata seperti Anda. Namun yang ada di depan
saya hanyalah kegelapan. Ibu saya mengatakan saya bisa bernyanyi, dan ia
memberi saya semangat untuk bernyanyi."

Benarlah apa yang dikatakan Alexander Graham Bell : "Setelah satu pintu
tertutup, pintu lainnya terbuka; tetapi kerap kali kita terlalu lama
memandangi dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga kita tidak
melihat pintu yang telah dibuka untuk kita."

Fokuskan perhatian pada kelebihan kita dan bukan kelemahan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar